Psi Klinis,LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGI RESIDEN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGI
RESIDEN
I. IDENTITAS
1.
Identitas Subjek
Nama : RF
Nomor RM : 002772
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 26 maret 1972 (31 tahun)
Suku Bangsa : Padang
Agama : Islam
Anak ke : 4 dari 5 bersaudara
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : ----------------
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : ---------------
2. Identitas
Ayah
Nama
Ayah : AA
Suku Bangsa : Padang
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : -
3. Identitas
Ibu
Nama
Ibu : B
Suku Bangsa : Padang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : -
4. Identitas
Pemeriksa
Nama
Pemeriksa : Edwin
Munip
NIM : 2011611059
Tujuan Pemeriksaan : Konsultasi Psikologi
Tempat Pemeriksaan : Balai Besar Rehabilitasi BNN-
Lido,Bogor-Jawa Barat
Pembimbing : Dr. Hari Nugroho, MD
Pemeriksaan
yang dilakukan:
No.
|
Tanggal Pemeriksaan
|
Kegiatan
|
1.
|
26 Oktober 2013
|
Pertemuan I
·
Menyampaikan keluhan
·
Interview
|
2.
|
26 Oktober 2013
|
Pertemuan II
·
Anamnesa
·
observasi
|
II. KELUHAN
Untuk kedua kalinya
datang ke Balai Besar
Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional di lido RF memiliki beberapa keluhan yaitu :
1)
Memiliki
rasa tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
2)
Hubungannya
dengan keluarga terutama dengan kakak kedua selalu sering terjadi perselisihan
walau tidak di tampakkan pada orang tuanya hal semakin memburuk.
III. RIWAYAT
KELUHAN
Permasalahan
sering terjadi dengan keluarga terutama dengan kakak kedua ,bila terjadi
konflik keluarga RF melampiaskan dengan menggunakan putaw. RF mengatakan bahwa
dia tidak pernah aktif dalam lingkungannya ataupun jenisnya. Setiap ada
pertengkaran dalam keluarga RF mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi,hal ini
mempengaruhi dalam pendidikan di sekolah yang menyebabkan RF pernah tinggal
kelas di SMA 77 di kelas dua.
Kurangnya
penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah menyebabkan RF kurang teman di
sekolahnya.RF sering menyendiri di kamar dan tidak mau mendengarkan sesuatu
yang kurang di sukainya. Untuk bermainpun hanya dengan keponakannya saja di
rumah. RF mengaku mempunyai sifat keras kepala dan tidak sabaran.
Hubungannya
dengan keluarga terutama dengan kakak kedua memang kurang harmonis dan sengaja
RF menyembunyikan kekurangan harmonisnya dengan orang tua sekedar menyenangkan
hati kedua orang tuanya. Kalaupun ada pertengkaran dengan orang tua ,kakak
keduanya malah membantu orang tuaku. Hal ini mengganggu konsentrasi .
IV. STATUS PRAESENS
1. Status Fisik
RF
adalah seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 165cm dengan berat sekitar 75kg.
Berperawakan tinggi dan agak gemuk Pada pertemuan ini RF berpakaian rapi dengan
baju putih dan becelana hitam dengan sepatu. Rambut pendek agak ikal tersusun
rapi. Berkulit sawo matang dan berkaca mata. Secara keseluruhan terlihat rapi
dan bersih.
2. Status Psikis
RF sudah kedua kali masuk balai besar
rehabilitasi. Saat pemeriksa memanggil RF dia siap untuk di wawancarai. Pemeriksa
sebelumnya meminta izin kepada mayor yang duti pada saat itu. Mayor duty
tersebut memanggil dan di persilahkan RF
untuk di assesment oleh pemeriksa.
RF
menyambutnya dengan ramah dengan menjulurkan tangannya untuk bersalaman tampa
ragu – ragu. Walaupun terlihat oleh pemeriksa RF sebenarnya agak malas untuk di
wawancara dan tidak mau bergaul. RF terlihat mempunya dual personality yaitu di
satu sisi ingin menjadi dirinya dan satu sisi lain ingin menjadi orang lain
yang bisa menyenangkan hatinya.
Saat wawancara RF sesekali merunduk dan
kadang – kadang kurang memperhatikan lawan bicara. Kelopak matanya suka melihat
kesana kemari dan tidak fokus dengan pemeriksa. Pemeriksa kadang meningatkan
untuk fokus saat wawancara dan tetap memandang lawan bicara. RF lalu fokus dengan pemeriksa dan menjawab
semua pertanyaan yang di ajukan,walau kadang – kadang minta di ulang pertanyaan
yang di ajukan.
V. OBSERVASI
Selama wawancara berlangsung,
RF agak jarang
menjaga kontak mata dengan pemeriksa, ia hanya sesekali untuk melihat ke arah
pemeriksa. Terkadang
suaranya terdengar jelas dan tiba-tiba suaranya menjadi lebih kecil sehingga meminta RF untuk mengulangnya kembali. Hubungannya dengan orang tuanya penuh
perhatian dan harmonis.
Ketika RF menceritakan
tentang dirinya, hubungannya dengan saudaranya terlihat kurang bersemangat seolah – olah
menutupi. Dengan kakak kedua RF kurang menyukainya dengan alasan ribet katanya.
Hal ini di diam sampai saat in. RF bila mngalami pertengkaran selalu di
selesaikan dengan pemakaian putaw. RF memiliki sifat tidak sabaran.
VI. ANAMNESA
1. Latar Belakang Keluarga
RF adalah anak keempat dari lima bersaudara dengan urutan sebagai
berikut:
Tiga laki dan dua perempuan. Semuanya
sudah bekerja. Kedua orang tuanya merupakan satu desa di padang .
Ayah dianggap sebagai sosok yang sangat memberikan perhatian kepada anak
anak, kurang hangat dan jarang berkomunikasi. Ayahnya
kurang memberikan nilai-nilai keagamaan dan norma-norma sosial.
RF mengatakan
bahwa ayahnya jarang memperhatikan dirinya, sekolah ataupun tugas-tugas dari
sekolah tidak diperdulikan oleh ayahnya. Namun
menurutnya dibandingkan dengan anak anak yang lain ayah masih lebih
memperhatikan adiknya yang bungsu dan kakak – kakakku. Biasanya RF akan diam
saja dan memendam perasaannya. Ibu terlihat sama dengan ayah yang lebih
memperhatikan adik bungsunya
Hubungan kekerabatan
antara RF
dengan kurang
begitu dekat terutama
dengan kakak kedua. . Ia lebih memilih bermain sendiri dibandingkan
dengan saudara saudaranya. Sebab mereka justru sering menyalahkan dirinya. Ia sering
bertengkar dengan kakaknya yang kedua . Sebab kakaknya tersebut paling sering
menyalahkan dirinya sehingga membuat ia marah dan selalu melawan kakaknya itu.
Lingkungan tempat tinggal kurang mendukung karena banyak sekali pengguna
narkoba. Sehingga dalam pergaulan RF selalu di batasi. Sewaktu di SMA RF suka
sekali membolos dan ikut teman – teman tawuran.
Sehingga pelajarannya merosot dan tinggal kelas di kelas dua. Sehingga pindah sekolah lain.
Karena pergaulan itu RF di batasi pergaulannya oleh orang tua dan kakak –
kakaknya. Dirumah menurutnya ia suka merasa tidak nyaman,
sehingga ia lebih memilih bermain keluar bersama teman-temannya. Terkadang ia membohongi
kedua orang tuanya bahwa ada kegiatan ekstrakurikuler namun ia pergi jalan-jalan
dengan temannya. Kalau
RD ketahuan pasti terjadi perkalahian dengan kakak keduanya.
2.
Riwayat Pendidikan
Selama sekolah dasar hingga sampai SMP
tidak mengalami ganggua dalam konsentrasi belajar. RF mengalami gangguan
konsentrasi belajar saat SMA sehingga harus pindah sekolah karena tinggal kelas
di kelas dua. Karena pindah kelas RF jauh dengan teman – teman SMA-nya yang dulu. Membuat RF menjadi tidak
terkendali dan konsentrasi dalam belajar. Suka membolos dan ikut geng kelas
serta tawuran. Perkenalan pertama memakai narkoba saat kelas tiga. Mula- mula
coba-coba dan akhrnya ketagihan. Bila tidak memakainya badan terasa lemah dan
sakit – sakit.
3.
Emosi dan Dorongan
RF
merupakan sosok yang tertutup untuk menceritakan masalah
pribadinya. Ia sulit untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan
perasaannya kepada orang lain. RF memiliki sifat tidak sabar dan kurang dalam berkosentrasi
4. Relasi Sosial dan Heteroseksual
RF menganggap
dirinya mudah untuk berinteraksi dengan orang lain padahal kurang bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Ia merasa bisa berteman hanya saja ia
selalu menjaga jarak dengan orang lain karena tidak dapat menyesuaikan diri.
Hubungan sexpun sudah mengenalnya
pada usia 17 tahun,dan bakan berhubungan badan layaknya suami istri. RF sudah
melakukan sex dengan 4 wanita yang berbeda,bahakan RF dalam penetrasinya di
lakukan di luar dan sudah mengenalalat kontrasepsi.
VII. KESIMPULAN SEMENTARA
RF
dalam melakukan sesuatu kurang konsentrasi seperti banyak yang di pikirkan dan hubungan
dengan orang tua cukup perhatian dan harmonis kecuali dengan kakak keduanya
sering terjadi pertikaian. Malas dan tidak mau berinteraksi dengan lingungan
luar. Dalam keagamaan biasa saja dan kurang aktif dengan organisasi dan
lingkungan. Untuk fisik dan mental dalam keadaan sehat.
VIII. DIAGNOSA
Berdasarkan simptom-simptom yang
muncul serta hasil pemeriksaan psikologi pada RF, maka diagnosa yang dapat ditegakkan
adalah:
Axis
I : pemakaian putaw
Axis
II : -
Axis
III : -
Axis
IV : Masalah
dengan primary support group (keluarga)
Axis
V : 71-80 Jika gejala hadir, mereka adalah reaksi sementara dan diharapkan
mampu stressor psikososial (misalnya,
kesulitan berkonsentrasi setelah pertengkaran keluarga), tidak lebih dari
sedikit penurunan fungsi sosial, pekerjaan, atau sekolah (misalnya, sementara
tertinggal dalam sekolah).
IX. RANCANGAN
INTERVENSI
Berdasarkan analisis gangguan yang
dimiliki RF,
maka intervensi yang tepat diberikan pada RF adalah Cognitive-behavior
therapy, dimana tujuan dari terapi ini terapis memberikan pemahaman tentang
bagaimana pikiran dan perasaan dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.
Diharapkan terapi ini dapat mengubah pikiran negatif RF yang
menyebabkan terjadi kecemasan menjadi pikiran positif, dan RF memiliki
keterampilan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalahnya.
Comments
Post a Comment