Teori Peran (Rhole Theory)
Teori Peran (Rhole Theory)
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Masyarakat sering berpikir bahwa
dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan persoalan perasaan,
motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang
sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian
utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan
dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai individu. Sosiologi
lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya
mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut
bertemu di daerah yang dinamakan psikologi sosial Dengan demikian para psikolog
berwenang merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog.
Namun karena perbedaan latar belakang maka
para psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar
psikologikal – persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya – sedangkan para
sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial
mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan
lalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur
sosial. Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari
seseorang; sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan
dinamika seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya, sebagai
faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Manusia adalah makhluk sosial,
artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan
siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak
“menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang
bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia
adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu,tetapi di sisi lain ia
adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik.
Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan,
besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya.
Sosiolog Robert Park dari
Universitas Chicago memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan,
mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu- individu ke dalam
berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita menjadi tahu
siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa,
laki-laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung
pada peran yang kita lakukan dalam masyarakat. Untuk itu, mempelajari teori
peran dipandang perlu.
- Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut
terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan bahwa dalam psikologi
sosial terdapat teori peran yang perlu dipelajari untuk mengetahui bagaimana
peran kita dalam masyarakat.
- Rumusan Masalah
- Apa pengertian teori peran?
- Bagaimana konsep teori peran?
- Ketidakberhasilan Peran
- Apa saja proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah
- Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian teori peran
- Untuk mengetahui konsep teori peran
- Ketidakberhasilan Peran
- Untuk mengetahui proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari rasa bersalah?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- Pengertian Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide
pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan”
bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling
berhubungan.
Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam
ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan,
dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda
mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing
mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak
pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan. Istilah teoritis
dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori
namun belum pernah terpengamatan.
Menurut Ismaun dalam Achmad Sudrajat mengemukakan bahwa teori adalah
pernyataan yang berisi kesimpulan tentang adanya keteraturan subtantif.
Menemukan keteraturan itulah tugas ilmuwan, dan dengan kemampuan kreatif
rekayasanya, ilmuwan dapat membangun keteraturan rekayasa. Keteraturan rekayasa
ini dapat dibedakan dalam tiga keteraturan, yaitu : (1) keteraturan alam, (2)
keteraturan kehidupan sosial manusia dan (3) keteraturan rekayasa teknologi.
- Pengertian Peran
Menurut Kozier Barbara peran
adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu.
Peran adalah deskripsi sosial
tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan
dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah
posisi dan pengaruh.
Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi, peran
adalah serangkaian rumusan yang membatasi
perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang
kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga,
perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa
memberi anjuran, memberi penilaian, memberi
sangsi dan lain-lain.
Menurut Horton dan Hunt [1993], peran (role) adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang
tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton [1968] dinamakan perangkat peran (role set). Dalam kerangka
besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial,
ditentukan oleh hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara
peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara
orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan,
mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-aktivitas
mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur
sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran
adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut.
Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa
alasan.
Sedangkan, Abu Ahmadi [1982] mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
BAB III
PEMBAHASAN
- Pengertian Teori Peran
Teori peran adalah perspektif dalam
sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar kegiatan
sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer,
guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan,
norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini
didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat
diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan
posisi sosial dan faktor lainnya. Teater adalah metafora sering digunakan untuk
menggambarkan teori peran.
- Konsep Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam
pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat, yang
mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam
skenario itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang
gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana.
Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri,
ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika
seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi
skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam era
reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang menyalahi scenario sehingga
sering didemo public.
Park menjelaskan dampak masyarakat
atas perilaku kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert
Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran
menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain
sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini,
harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini, seseorang yang
mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita,
dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan
peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah
seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati
pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial.
Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas
penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan “life-course”
memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya
untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang
berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika
Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun,
menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh
belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia
enam puluh tahun.
Di Indonesia berbeda, usia sekolah
dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas
tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia”
(age grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa
mempunyai bermacam-macam pembagian lagi.
- Ketidakberhasilan Peran
Dalam kaitannya dengan peran yang
harus dilakukan, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran yang melekat
dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam
menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role
conflict dan role strain.
- Role Conflict
Setiap orang memainkan sejumlah
peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut membawa
harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran
(role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang
berbeda macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling
berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain,
bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu pola, seseorang harus
melanggar pola lain. Setidaknya ada dua macam konflik peran. Yakni, konflik
antara berbagai peran yang berbeda, dan konflik dalam satu peran tunggal.
Pertama, satu atau lebih peran (apakah itu peran independen atau bagian-bagian
dari seperangkat peran) mungkin menimbulkan kewajiban-kewajiban yang
bertentangan bagi seseorang. Kedua, dalam peran tunggal mungkin ada konflik
inheren.
- Role Strain
Adanya harapan-harapan yang
bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Satu hal
yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering
menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Sampai
tingkatan tertentu, masing-masing interaksi ini merumuskan peran yang berbeda,
karena membawa harapan-harapan yang berbeda pula. Maka, apa yang tampak sebagai
satu peran tunggal mungkin dalam sejumlah aspek sebenarnya adalah beberapa
peran. Misalnya, status sebagai karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di
sebuah perusahaan, dalam arti tertentu sebenarnya membawa beberapa peran:
sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu), sebagai sesama pekerja
(terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual
(terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut).
- Stres Peran
Posisi dimasyarakat dapat merupakan
stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, atau
tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari :
- Konflik peran, dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama yang lain.
- Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
- Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi.
- Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa, perawat, ibu. Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya. (Keliat, 1992)
- Faktor-faktor Penyesuaian Peran
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan
diri dengan peran yang harus dilakukan, yaitu :
- Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
- Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
- Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
- Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
- Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran
- Proses Yang Umum Untuk Memperkecil Ketegangan Peran Dan Melindungi Diri Dari Rasa Bersalah
Menurut Horton dan Hunt [1993], seseorang mungkin tidak memandang suatu
peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat
kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran
tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya
kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya.
Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang
memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-benar sama.Ada beberapa
proses yang umum untuk memperkecil ketegangan peran dan melindungi diri dari
rasa bersalah, yaitu antara lain:
- Rasionalisasi
Rasionalisasi yakni suatu proses defensif untuk
mendefinisikan kembali suatu situasi yang menyakitkan dengan istilah-istilah
yang secara sosial dan pribadi dapat diterima.
Rasionalisasi menutupi kenyataan konflik peran, yang
mencegah kesadaran bahwa ada konflik. Misalnya, orang yang percaya bahwa “semua
manusia sederajat” tapi tetap merasa tidak berdosa memiliki budak, dengan dalih
bahwa budak bukanlah “manusia” tetapi “benda milik.”
- Pengkotakan (Compartmentalization)
Pengkotakan (Compartmentalization) yakni
memperkecil ketegangan peran dengan memagari peran seseorang dalam kotak-kotak
kehidupan yang terpisah, sehingga seseorang hanya menanggapi seperangkat
tuntutan peran pada satu waktu tertentu. Misalnya, seorang politisi yang di
acara seminar bicara berapi-api tentang pembelaan kepentingan rakyat, tapi di
kantornya sendiri ia terus melakukan korupsi dan merugikan kepentingan rakyat.
- Ajudikasi (Adjudication)
Ajusikasi yakni prosedur yang resmi untuk mengalihkan
penyelesaian konflik peran yang sulit kepada pihak ketiga, sehingga seseorang
merasa bebas dari tanggung jawab dan dosa.
- Kedirian (Self)
Kadang-kadang orang membuat pemisahan secara sadar
antara peranan dan “kedirian” (self), sehingga konflik antara peran dan
kedirian dapat muncul sebagai satu bentuk dari konflik peran. Bila orang
menampilkan peran yang tidak disukai, mereka kadang-kadang mengatakan bahwa
mereka hanya menjalankan apa yang harus mereka perbuat. Sehingga secara tak
langsung mereka mengatakan, karakter mereka yang sesungguhnya tidak dapat
disamakan dengan tindakan-tindakan mereka itu.Konflik-konflik nyata antara
peran dan kedirian itu dapat dianalisis dengan konsep jarak peran (role
distance) yang dikembangkan Erving
Goffman. “Jarak peran” diartikan sebagai suatu kesan yang ditonjolkan oleh
individu bahwa ia tidak terlibat sepenuhnya atau tidak menerima definisi
situasi yang tercermin dalam penampilan perannya. Ia melakukan
komunikasi-komunikasi yang tidak sesuai dengan sifat dari peranannya untuk
menunjukkan bahwa ia lebih dari sekadar peran yang dimainkannya. Seperti,
pelayan toko yang mengusulkan pembeli untuk pergi ke toko lain karena mungkin
bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Ini merupakan tindakan mengambil jarak
dari peran yang mereka lakukan dalam suatu situasi. Penampilan “jarak peran”
menunjukkan adanya perasaan kurang terikat terhadap peranan. Pada sisi lain,
“penyatuan diri” dengan peranan secara total merupakan kebalikan dari “jarak
peran.” Penyatuan diri terhadap peran tidak dilihat dari sikap seseorang
terhadap perannya, tetapi dari tindakan nyata yang dilakukannya. Seorang
individu menyatu dengan perannya bila ia menunjukkan semua kemampuan yang
diperlukan dan secara penuh melibatkan diri dalam penampilan peran tersebut.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya
akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak
bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak “menjadi” manusia.
Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Teori
peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap
sebagian besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial
(misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak,
kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi.
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario
yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap
orang dalam pergaulannya.
DAFTAR PUSTAKA
Janah, Lailia Fatkul. 2009. Teori Peran
(Online). Tersedia: http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html
Mustafa, Hasan. 2009. Perspektif Dalam Psikologi
Sosial(Online). Tersedia: http://home.unpar.ac.id/~hasan/PERSPEKTIF%20DALAM%20PSIKOLOGI%20SOSIAL.doc
Anonym. 2011. Role Theory (Online). Tersedia: http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Role_theory
Anonim. 2011. Teori (Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori
Iwan. 2010. Teori Peran ( Online ): Tersedia : http://iwansmile.wordpress.com/teori-resolusi-konflik/.
Anonim. 2009. Teori Peran (Online) :
Tersedia : http://konsultasikehidupan.wordpress.com/2009/05/07/teori-peran-role-theory/.

izin kutip buat psikodemia.com
BalasHapus