Psikologi Kepribadian 1
Sejarah Psikologi Kepribadian
Penyusunan
teori dalam psikologi kepribadian telah ada sejak
lama dilakukan sebelum masehi, orang mencoba-coba memberikan ciri-ciri khusus
kepada sesuatu, baik itu benda,
pemandangan, musim, lukisan dan sebagainya, dengan cara mencari sesuatu yang
menyebabkan segala sesuatu itu mempunyai daya tarik yang kuat.
Demikianlah halnya dengan kehidupan manusia, seseorang berusaha mencari
ciri-ciri khusus, yang terdapat pada manusia yang lain.
Empedocles seseorang filsuf Yunani Kuno, yang berpendapat bahwa
segala yang ada didunia ini terdiri atas empat unsur, yaitu ; tanah, air, api,
dan udara, mencoba membedakan ciri-ciri khusus bagaimana bila seseorang terlalu
banyak salah satu dari keempat unsur tersebut. Bila didalam tubuh
seseorang terlalu banyak unsur tanah, maka orang itu akan memiliki sifat
dingin, acuh tak acuh, tidak mudah terpengaruh,dan sebagainya. Sedang bila
kebanyakan unsur api, maka orang tersebut akan kelihatan lincah, mudah bergerak, ribut dan
seakan-akan tidak punya pendirian.
1. Usaha-usaha yang masih bersifat pra-ilmiah.
Dasar pikiran pengetahuan
ini ialah kenyataan bahwa gurat-guratan tangan orang itu tidak ada yang sama
satu dengan yang lain, macamnya adalah sebanyak orangnya (inilah yang mendasari
pikiran Daktiloskopi/ilmu sidik jari). Jika sekiranya orang dapat mengenal
perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khusus gurat-guratan tangan tersebut,
maka dia akan mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khas orangnya. Usaha
yang biasanya dilakukan orang hanya memperhatikan beberapa gurat (garis) saja.
B.
Astrologi atau Ilmu Perbintangan
Pengaruh kosmis terhadap
manusia merupakan dasar dari pemikiran pengetahuan ini. Pada waktu seorang
dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu terhadap benda-benda angkasa; jika kita
dapat mengenal perbedaan mengenai sifat-sifat khas orangnya; biasanya usaha
yang dilakukan orang tidak sejauh itu, dan hanya orang-orang yang lebih secara
tradisional meniru saja apa yang dikatakan oleh orang sebelumnya, padahal
reliabilitas dan validitas prinsip-prinsip yang telah ada belum diuji.
Pendapat
bahwa pengetahuan ini adalah hasil abad XIX, namun ada juga bukti-bukti yang
menunjukkan, bahwa sebelum itu telah ada juga orang yang memperhatikannya,
misal Camilo Baldo (Italia, 1622).
Karangan
dalam lapangan ini berasal dari abad XIX ialah : Systeme de Graphologie hasil
karya Abbe Michon, yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Crepiaux
jamin dalam A B C de la Graphologie.Kini karangan-karangan dalam lapangan ini
telah banyak dan diantaranya yang dapat dipandang sebagai karya terbaik adalah
karya L.Klages: Handschrift und Character.
Dasar pikiran grafologi adalah gerakan menulis
yang dilakukan manusia itu merupakan ekspresi daripada kehidupan jiwanya. Kalau
sekiranya orang dapat mengetahui keadaan khusus tulisan seseorang dengan baik,
berarti dia juga dapat mengenal keadaan khusus kepribadian penulisnya. Dalam
menganalisis tulisan itu hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
Ø Apakah tulisan tetap
lurus ataukah naik atau menurun,
Ø Condong tegaknya tulisan,
Ø Besar kecilnya huruf,
Ø Jarak tulisan dari satu
garis ke garis yang lainnya,
Ø Tumpul runcingnya
tulisan,
Ø Tebal-tipisnya tulisan,
Ø Tetap atau tidaknya
ukuran tulisan,
Ø Jarak tulisan dari tepi,
dan sebagainya.
Hal-hal tersebut dianalisis, dicari sifat-sifatnya
yang khas, dan dengan jalan demikian orang mencoba menarik kesimpulan mengenai
kepribadian penulisnya.
D.
Physiognomi atau ilmu
tentang wajah
Pengetahuan
ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan wajahnya. Dasar pikiran
ialah keyakinan bahwa ada hubungan antara keadaan wajah dan kepribadian.
Hal-hal yang tampak pada wajah dapat dipergunakan untuk membuat interpertasi
mengenai apa yang terkandung dalam jiwa. Tokoh yang mengusahakan secara luas
pengetahuan ini dan mempergunakanya secara baik adalah: Joahann Casper Laveter
(1741-1801), seorang pendeta di Zurich.
Karya
Laveter dalam lapangan ini ialah:Physiognomische Fragmante zur Beforderung der
Menchenkenntriss undMenschenliebe. Dalam buku tersebut dia menerangkan antara
lain
Ø Keadaan dahi dan kening
adalah petunjuk untuk mengerti kecerdasan seseorang;
Ø Hidung dan pipi adalah
bagian yang dapat memberikan tanda halus atau kasarnya perasaan seseorang;
Ø Mulut dan dagu dapat memberikan petunjuk untuk
nafsu makan, nafsu minum dan sebagainya;
Ø Mata adalah yang
mencerminkan seluruh kehidupan jiwa; dan sebagainya.
Semasa
hidupnya Laveter sebagai seorang pendeta yang banyak bergaul dengan
bermacam-macam orang menggunakan pedoman
itu secara baik. Akan tetapi suksesnya tersebut bukan karena baiknya pedoman
yang digunakan, melainkan ketajaman intuisisnya; jadi kalau pedoman tersebut
dipergunakan oleh orang lain, maka lain-lain pulalah hasilnya.
E.
Phrenologi atau Ilmu
Tentang Tengkorak
Pengetahuan
ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan tengkoraknya. Dasar
pikiran ajaran bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan itu masing-masing memiliki
pusatnya di otak. Jikalau salah satu (atau lebih) dari kecakapan itu keadaannya
luar biasa, maka pusatnya di otak luar biasa pula besarnya.
Akibat
hal ini ialah bentuk tengkorak lalu terubah oleh pusat yang membesar tersebut,
sehingga ada tonjolan - tonjolannya. Dengan mengukur secara teliti
tonjolan-tonjolnya tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang
kecakapan-kecakapan atau sifat-sifat seseorang. Phrenologi ini selanjutnya
dikembangkan oleh Brocca (1824-1880), yang selanjutnya berhasil merumuskan
teori lokalisasi, suatu teori yang walaupun telah mendapat kritikan namun masih
populer hingga dewasa ini.
F.
Onychologi atau lmu
Tentang Kuku
Kepribadian
seseorang atas dasar keadaan kuku-kukunya. Kuku di ujung jari itu mempunyai
hubungan yang erat dengan susunan syaraf, dengan cabang-cabangnya yang terhalus
di ujung jari. Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai landasan untuk
mengenal kepribadian orangnya.
Cabang pengetahuan ini baru dikembangkan pada bagian kedua abad ini, oleh
sekelompok ahli dari Perancis, yang dipelopori oleh Henry Bouquet, Cartan
Pierre Giram, dan Henry Mangin.
2.
Usaha - Usaha Yang Lebih
Tinggi Nilainya
a. Ajaran tentang Cairan Tubuh
Tokoh yang sangat
terkenal dan sangat besar pengaruhnya tentang cairan tubuh adalah Hippocrates dan selanjutnya
disempurnakan oleh Galenus.
1)
Pendapat Hippocrates
Hippocrates
(460-370 SM) adalah bapak ilmu kedokteran, Menurut Hippocrates, kepribadian
manusia dari titik tolak konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi empedoleks,
yang meganggap bahwa alam semesta besrta isinya ini tersusun dari empat unsur
dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukung
yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka hippocrates berpendapat bahwa
dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh
keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang
itu, yaitu:
-
Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
-
Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
-
Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan
-
Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
Keempat
cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan
tersebut adanya dalam tubuh dalam proporsi selaras (normal) orangnya normal
(sehat), apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orangnya
menyimpang dari keadaan normal (sakit).
2)
Pendapat Galenus
Galenus
menyempurnakan ajaran Hipocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadian
manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Galenus
sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat
macam cairan yaitu:
-
Chole
-
Melanchole
-
Phlegma
-
Sanguis
Cairan-cairan
dalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan
adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi seharusnya (jadi: dominan) maka akan
mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang
khas ada pada seseorang sebagai akibat daripada dominannya salah satu cairan
tubuh itu, oleh Galenus disebutnya tempramen.
Dasar
pemikiran tersebut, Galenus menggolongkan
manusia menjadi empat tipe tempramen, beralas pada dominasi salah satu cairan
tubuhnya.
Tipologi kepribadian menurut Hippocrates dan Gelenus
Tipe kepribadian
|
Cairan yang dominan
|
Prinsip
|
Sifat – sifat
khasnya
|
Chloresia
|
Chole
|
Tegangan (tension)
|
Hidup,besar
semangat,keras daya juang,hatinya mudah terbakar,optimistik
|
Melancholis
|
Melanchole
|
Penegaran (Rigidity)
|
Mudah kecewa,daya
juang kecil,muram ,pesimistis
|
Phlegmatis
|
Phlegma
|
Plastisitas
|
Tak suka
terburu-buru,tenang(calm),mudah terpengaruhi,setia ,lamban
|
Sanguinis
|
Sanguis
|
Ekspansitivitas
|
Hidup mudah berganti
haluan,ramah,lekas bertindak tapi juga lekas berhenti
|
Permulaan perkembangan tipologi
Empedokles
|
Hippocrates
|
Galenus
|
|||
Unsur
|
Sifat
|
Sifat
|
Cairan
|
Cairan
|
Tipe
|
Tanah
|
Kering
|
Kering
|
Chole
|
Chole
|
Choleris
|
Air
|
Basah
|
Basah
|
Melanchole
|
Melanchole
|
Melancholis
|
Udara
|
Dingin
|
Dingin
|
Phlegmatis
|
Phlegmatis
|
Phlegmatis
|
Api
|
Panas
|
Panas
|
Sanguis
|
Sanguis
|
Sanguinis
|
Tipe
– tipe kepribadian menurut para ahli
hingga perkembangan kepribadian sampai sekarang
I.
Kretschmer (1888-1964)
Krestchmer mendasarkan penggolongan
pada ciri-ciri fisik yang berorientasi pada penyakit kejiwaan.
Ø Jenis Asthenis, bertubuh
kurus, jangkung, memiliki temperamen
yang mirip dengan penderita skizofrenia
Ø Jenis Atletis, bertubuh
tegap, seperti olahragawan, mempunyai
temperamen yang mirip dengan penderita epilepsi
Ø Jenis Piknis, gemuk,
pendek, bertemperamen mirip dengan penderita manic-depresif
Ø Jenis Diplastis, yang
tidak termasuk ketiga jenis lainya.
II.
Carl.G. Jung (1875-1961)
Penggolongannya
didasarkan pada tingkahlaku atau karakteristik yang psikologis
1 Jenis Introvert.
Terutama dalam keadaan
emosional atau konflik dengan orang lain, orang tipe ini punya kecenderungan
untuk menarik diri dan menyendiri. Ia pemalu dan lebih suka bekerja sendiri di
laboratorium atau perpustakaan daripada bekerja ditengah-tengah orang banyak.
2 Jenis Ekstrovert.
Orang dengan kepribadian jenis ini apabila
sedang tertekan biasanya menggabungkan diri di atara orang banyak sehingga
individualitasnya berkurang. Ia peramah dan memilih pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan banyak orang.
3 Jenis Ambivert.
Yaitu orang yang tidak termasuk dalam intovert
atau ekstrovert. Ciri kepribadiannya merupakan campuran antara keduanya.
Faktor-faktor kontemporer dari luar bidang psikologi yang
mmempengaruhi perkembangan teori kepribadian antara lain berkembangnya aliran
filsafat eksistensialisme, perubahan sosial budaya yang pesat, dan
berkembangnya teknologi komputer.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
menekankan kebebasan, penentuan diri, dan keberubahan manusia, mempengaruhi
para teoris kepribadian eksistensial dan humanistik. Perubahan sosial budaya
telah memberikan arah baru kepada penelitian dan penyusunan teori kepribadian.
Sedangkan berkembangnya teknologi komputer membuka peluang yang luas bagi
penelitian secara besar-besaran dan cermat.
.
Komentar
Posting Komentar