Teori Kognitif Jean Piaget
A. Teori
Kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif piaget
adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan
makanan, serta objek-objek social seperti diri, orang tua dan teman.
Pada pandangan piaget (1952),
kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan
otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk
beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget (1964) berpendapat, karena
manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka
dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman dalam
perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap
tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak
sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun).
Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih
dahulu, sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional konkret (7-11 tahun)
dan operasional formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal pubertas
dan masa remaja.
Dalam teori perkembangan kognitif
Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret
secara operasional ke berpikir formal secara operasional. Remaja mulai
menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-konsep
yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget (1978) mengakui
bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif
remaja.
B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Jean Piaget, perkembangan
manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa.
Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru di mana
manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Tahap-Tahap
|
Umur
|
Kemampuan
|
Sensori-motorik
|
0-2 tahun
|
Menunjuk pada konsep permanensi objek, yaitu
kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun
pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktivitas
pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek belum sempurna.
|
Praoperasional
|
2-7 tahun
|
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol
yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikir masih egosentris
dan berpusat.
|
Operasional
|
7-11 tahun
|
Mampu berpikir logis. Mampu konkret memperhatikan
lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat menghubungkan dimensi ini
satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.
|
Operasional formal
|
11tahun-dewasa
|
Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis
masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah.
|
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir
dengan sejumlah refleks bawaan
selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema
refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama
dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase
reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase
reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan
dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi
reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase
reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua
dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan
bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan
pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,
mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan
ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya
di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka
kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda
yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan.
Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan
ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Informasi
umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Walau
tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu
sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
2. Universal
(tidak terkait budaya)
3. Bisa
digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa
keseluruhan yang terorganisasi secara logis
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan
mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan
terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif
dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif.
Menurut Piaget, perkembangan
masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap
sebelumnya. Setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang
bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta
adanya pengorganisasian struktur berpikir.
C. Struktur
yang Mendasari Pola-pola Tingkah Laku yang Terorganisir.
1. Skema
(struktur kognitif)
Adalah proses atau cara
mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Atau suatu pola sistematis
dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang
memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan
jenis situasi.
Contoh : Gerakan refleks menghisap
pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan
menghisap.
2. Adaptasi
(struktur fungsional)
Piaget menggunakan istilah ini untuk
menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses
perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa bayi manusia ketika dilahirkan telah
dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, ada dua proses adaptasi yaitu :
a) Asimilasi
Integrasi antara elemen-elemen
eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organism.
Asimilasi terjadi ketika individu menggunakan informasi baru ke dalam
pengetahuan mendalam yang sudah ada.
Contoh : Seorang bayi yang menghisap
puting susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan tindakan yang sama
(menghisap) terhadap semua objek baru.
b) Akomodasi
Menciptakan langkah baru atau
memperbarui atau menggabung-gabungkan istilah lama untuk menghadapi tantangan
baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki
sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.
Contoh : bayi melakukan tindakan
yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah
mengubah puting susu ibu menjadi ibu jari.
Komentar
Posting Komentar